Thomas Samuel Kuhn adalah seorangfilsuf,fisikawan, dansejarawan Amerika Serikat yang menulis buku The Structure of Scientific Revolutions pada tahun 1962 yang sangat berpengaruh dalam dunia akademik.
Buku tadi memperkenalkan istilah
Kuhn membuat beberapa klaim mengenai perkembanganpengetahuan ilmiah:
· Sains mengalamipergeseran paradigma dan tidak bergerak dalam jalur yang linear.
· Pergeseran paradigma membuka pendekatan baru untuk memahami apa yang tidak akan dianggap benar sebelumnya.
· Gagasan kebenaran ilmiah tidak hanya melalui ditetapkan kriteria objektif tetapi juga konsensus komunitas ilmiah. Paradigma-paradigma yang saling bertentangan tersebut juga seringkalitidak sepadan, atau dalam kata lain paradigma-paradigma tersebut merupakan penjelasan mengenai realitas yang saling bertentangan dan tidak dapat diselaraskan.
Kuhn juga berpandangan bahwa teori itu adalah relatif. Bukan berarti suatu teori diterima banyak orang lantas teori itu paling benar. Teori juga tidak bisa disalahkan. Ia adalah hasil pandangan dan kemampuan pengukuran pada waktu itu. Contohnya adalah tentang perdebatan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari yang diterima banyak kalangan saat ini dibandingkan teori matahari yang mengelilingi bumi. Bisa saja karena kemampuan pengukuran kita pada masa datang, teori matahari mengelilingi bumi tidak salah jika yang dimaksud bumi adalah galaksi kita. Bisa saja jika kemampuan pengukuran pada masa datang berkembang, teori itu tidak salah total, di mana bumi adalah galaksi kita yang ternyata dikelilingi atau diputari oleh galaksi lain di alam semesta.
Kuhn menyumbangkan penafsiran pada dunia sains dan filsafat sains bahwa Revolusi Copernican merupakan suatu peristiwa radikal dalam dunia sains karena mengubah secara drastis metode spekulatif sains menjadi metode empiris/eksperimental/observasi.
Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung pada sudut pandang yang menggunakannya. Jika dari sudut pandang penulis, Maka paradigma adalah cara pandang seseorang mengenai suatu pokok permasalahan yang bersifat fundamental untuk memahami suatu ilmu maupun keyakinan dasar yang menuntun seorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Capra (1991) dalam bukunya Tao of Physics menyatakan bahwa paradigma adalah asumsi dasar yang membutuhkan bukti pendukung untuk asumsi-asumsi yang ditegakkannya, dalam menggambarkan dan mewarnai interpretasinya terhadap realita sejarah sains.
Sedangkan Kuhn (1962) dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution menyatakan bahwa paradigma adalah gabungan hasil kajian yang terdiri dari seperangkat konsep, nilai, teknik dll yang digunakan secara bersama dalam suatu komunitas untuk menentukan keabsahan suatu masalah berserta solusinya.
Paradigma menurut Guba (1990) seperti yang dikutip Denzin & Lincoln, (1994) didefinisikan sebagai:
“a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first principles…a world view that defines, for its holder the nature of the world…”
Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaan yang mendasari seseorang dalam melakukan segala tindakan.
Selanjutnya Paradigma oleh Bhaskar (1989) diartikan sebagai:
“... a) a set of assumptions, b) belief concerning and c) accepted assume to be true” atau dapat diterjemahkan sebagai seperangkat asumsi yang dianggap benar apabila melakukan suatu pengamatan supaya dapat dipahami dan dipercaya dan asumsi tersebut dapat diterima. Dengan kata lain bahwa paradigma adalah sebuah bingkai yang hanya perlu diamati tanpa dibuktikan karena masyarakat para pendukungnya telah mempercayainya. Hanya tinggal kita saja yang perlu untuk mencermati dari berbagai macam paradigma yang ada.
Selanjutnya Ritzer (1981) mendefinisikan paradigma sebagai,
“…A fundamental image of the subject matter within a science. It serves to define what should be studied, what question should be asked, how the should be asked and what rule should be followed in interpreting the answer obtained. The paradigm is the broadest unit consensus within a science and serve to differentiate on scientific community (or subcommunity) from another. It subsumes, defines and interrelates the exemplars theories and method and instruments that exist within it”.
Ritzer (1981) menyatakan argumentasinya bahwa paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan atau peneliti mengenai apa yang seharusnya menjadi kajian dalam ilmu pengetahuan, apa yang menjadi pertanyaannya dan bagaimana cara menjawabnya.
Paradigma juga dikatakan sebagai konsensus dari para ilmuwan yang dapat melahirkan suatu komunitas atau subkomunitas yang berbeda dengan yang lain. Paradigma yang berbeda tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam teori yang digunakan, metode dan instrument yang ada untuk mencapai suatu kebenaran.
PERGESERAN PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN
Padangan tentang paradigma ilmu pengetahuan nampak akan selalu berubah antar waktu. Suatu kelahiran paradigma yang baru tidak akan pernah terlepas dari paradigma sebelumnya. Atau mungkin paradigma yang muncul setelah paradigma sebelumnya sebagai paradigma yang selalu berusaha untuk memperbaiki kekurangan-kekurang yang ada pada paradigma sebelumnya.
Pergeseran paradigma akan selalu muncul untuk mendapatkan realitas yang sebenarnya sesuai dengan masa atau waktu yang selalu berganti sesuai dengan jaman dan peradaban yang ada di muka bumi ini. Contoh paradigma apakah paradigma positivis lebih baik atau buruk dari paradigma yang lainnya, menurut penulis tergantung pada para penganutnya yang bisa memahami dan mengerti paradigma tersebut.
Kuhn (1962) menyatakan bahwa pergeseran paradigma ilmu pengetahuan akan menimbulkan suatu kekerasan dan dapat memicu adanya suatu revolusi. Hal ini disebabkan penganut paradigma tersebut berusaha untuk menggoyang paradigma sebelumnya agar mereka berada dalam paradigma yang baru.
Penganut paradigma yang baru pada masa itu berusaha untuk memusnahkan dan mengantikan paradigma sebelumnya dengan jalan mengungkap realitas yang ada dengan menjelaskan segala bentuk kelemahan pada paradigma sebelumnya.
Untuk itu, Mulyana (2003) menyebut 2 faktor yang mendorong terjadinya pergeseran paradigma yaitu:
“ …1)gugatan para ilmuwan perihal daya eksploratori pendekatan kuantitatif-positivistik terhadap objek kajian dan 2) laju perubahan social yang begitu cepat memerlukan pendekatan dan model studi yang lebih kontekstual dan handal”.
Pergeseran paradigma tersebut akan munculkan penganut-penganut yang mempercayai dan meyakini masing-masing paradigma yang ada. Oleh sebab itu, adanya pergeseran paradigma menciptakan suatu pengembangan dalam paradigma ilmu pengetahuan
PERKEMBANGAN PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN
Setelah kita paham mengenai definisi dari ‘paradigma”, maka yang menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana seorang dapat menggembangkan suatu paradigma ilmu. Burrel & Morgan (1979) mengembangkan aspek paradigma tersebut dalam asumsi meta teoritikal yang mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operandi dari ilmuwan yang berada dalam paradigma tersebut. Semua definisi dari keempat paradigma tersebut tidak mengindikasikan kesamaan pandangan seutuhnya karena dalam setiap paradigma pasti terdapat ilmuwan yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Kesamaan yang bisa ditunjukkan hanya dalam konteks dasar dan asumsi, ha lnilah yang membedakan antara satu paradigma dengan paradigma yang lainnya.
Sehingga Burrell & Morgan (1979) membagi paradigma tersebut sebagai
a) paradigma fungsionalis ( The functionalist paradigm), b) paradigma interpretif (The Intrepretive Paradigm), c) paradigma radikal structuralis (The Radical Structuralist Paradigm) dan d) paradigma radikal humanis (The Radical Humanist Paradigm)
Sedangkan Chua (1986) membagi paradigma dalam ilmu social menjadi 3 paradigma yaitu a) The Functionalist (Mainstream) Paradigm, b) The Interpretive Paradigma dan c) The Critical Paradigm.
Menurut Chua, pernyataan yang diungkapkan oleh Burrell & Morgan untuk paradigma radikal humanis dengan paradigma radikal strukturalis dapat digabungkan menjadi satu paradigma yaitu paradigma kritis (The Critical Paradigm).
Sarantakos (1993) dalam Triyuwono (2006) membagi paradigma yang hampir sama dengan Chua (1986) yaitu 1) The Functionalist (Positivist) Paradigm, 2) The Interpretive Paradigm, 3) The Critica
l
Paradigm Eichelberger (1989) dalam Miarso (2005) selanjutnya membedakan tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi pengetahuan, yaitu: positivistik, fenomenologik, dan hermeneutik.
Sedangkan Bhaskar (1989) mengelompokkan paradigma dalam 3 kelompok yang didasarkan pada pengaruh individu dan masyarakat. Pengelompokkan tersebut meliputi paradigma positivisme (Emile Durkheim), paradigma conventionalisme (Max Weber), paradigma realisme (Karl Marx).
Sedangkan Guba (1990) seperti yang dikutip oleh Salim (2006) membagi paradigma menjadi empat kelompok yaitu positivism, post-positivism, critical theory dan konstruktivisme.
Referensi :
1. Kuhn, Thomas. wikipedia.org
2. Diamastuti, Erlina. 2015. Paradigma Ilmu Pengetahuan, Sebuah Telaah Kritis, Erlina, publikasi researchgate
3. Miarso, Y. 2005. Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan Penabur-No.05/ Th.IV/ Desember
4. Salim, A. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial.Tiara Wacana. Yogyakarta.
5. Sugiharto, I. Bambang. 2003. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta, Kanisius.
BBaca Juga :Kaligrafi Kuningan Unik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar