Ads Here

Sabtu, 02 Mei 2020

MENGENAL KUHN DAN PARADIGMA ILMU

Thomas Samuel Kuhn adalah seorangfilsuf,fisikawan, dansejarawan Amerika Serikat yang menulis buku The Structure of Scientific Revolutions  pada tahun 1962 yang sangat berpengaruh dalam dunia akademik.

Buku tadi memperkenalkan istilah

Kuhn membuat beberapa klaim mengenai perkembanganpengetahuan ilmiah:

·         Sains mengalamipergeseran paradigma dan tidak bergerak dalam jalur yang linear.

·         Pergeseran paradigma membuka pendekatan baru untuk memahami apa yang tidak akan dianggap benar sebelumnya.

·         Gagasan kebenaran ilmiah tidak hanya melalui ditetapkan kriteria objektif tetapi juga konsensus komunitas ilmiah. Paradigma-paradigma yang saling bertentangan tersebut juga seringkalitidak sepadan, atau dalam kata lain paradigma-paradigma tersebut merupakan penjelasan mengenai realitas yang saling bertentangan dan tidak dapat diselaraskan.

Kuhn juga berpandangan bahwa teori itu adalah relatif. Bukan berarti suatu teori diterima banyak orang lantas teori itu paling benar. Teori juga tidak bisa disalahkan. Ia adalah hasil pandangan dan kemampuan pengukuran pada waktu itu. Contohnya adalah tentang perdebatan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari yang diterima banyak kalangan saat ini dibandingkan teori matahari yang mengelilingi bumi. Bisa saja karena kemampuan pengukuran kita pada masa datang, teori matahari mengelilingi bumi tidak salah jika yang dimaksud bumi adalah galaksi kita. Bisa saja jika kemampuan pengukuran pada masa datang berkembang, teori itu tidak salah total, di mana bumi adalah galaksi kita yang ternyata dikelilingi atau diputari oleh galaksi lain di alam semesta.

Kuhn menyumbangkan penafsiran pada dunia sains dan filsafat sains bahwa Revolusi Copernican merupakan suatu peristiwa radikal dalam dunia sains karena mengubah secara drastis metode spekulatif sains menjadi metode empiris/eksperimental/observasi.

Paradigma  dapat didefinisikan  bermacam-macam  tergantung  pada  sudut   pandang  yang  menggunakannya.    Jika  dari  sudut  pandang  penulis, Maka paradigma adalah cara pandang seseorang mengenai suatu pokok permasalahan yang bersifat fundamental untuk memahami suatu ilmu maupun keyakinan dasar yang  menuntun  seorang  untuk  bertindak  dalam  kehidupan  sehari-hari.

Capra (1991)  dalam  bukunya Tao  of  Physics menyatakan  bahwa  paradigma  adalah asumsi  dasar  yang  membutuhkan  bukti  pendukung  untuk asumsi-asumsi  yang ditegakkannya,  dalam  menggambarkan  dan  mewarnai  interpretasinya  terhadap realita sejarah sains.

Sedangkan Kuhn  (1962)  dalam  bukunya The  Structure  of  Scientific Revolution menyatakan  bahwa  paradigma  adalah  gabungan  hasil  kajian  yang terdiri dari seperangkat konsep, nilai, teknik dll yang digunakan secara bersama dalam  suatu  komunitas  untuk  menentukan  keabsahan  suatu  masalah  berserta solusinya.

Paradigma menurut Guba (1990) seperti yang dikutip Denzin & Lincoln, (1994) didefinisikan sebagai:

“a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first principles…a  world  view  that  defines,  for  its  holder  the  nature  of  the world…”

Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaan yang mendasari  seseorang  dalam  melakukan  segala  tindakan.

Selanjutnya Paradigma oleh Bhaskar (1989) diartikan sebagai:

“... a) a set of assumptions, b) belief concerning and  c) accepted assume to be true” atau dapat diterjemahkan sebagai  seperangkat  asumsi yang dianggap  benar  apabila  melakukan  suatu pengamatan  supaya  dapat  dipahami  dan  dipercaya  dan  asumsi  tersebut  dapat diterima. Dengan kata lain bahwa paradigma adalah sebuah bingkai yang hanya perlu  diamati  tanpa  dibuktikan  karena  masyarakat  para  pendukungnya  telah mempercayainya.  Hanya  tinggal  kita  saja  yang  perlu  untuk  mencermati  dari berbagai macam paradigma yang ada.

Selanjutnya Ritzer (1981) mendefinisikan paradigma sebagai,

“…A fundamental image of the subject matter within a science. It serves to define  what  should  be  studied, what  question  should  be asked,  how  the should be asked and what rule should be followed in interpreting the answer obtained. The paradigm is the broadest unit consensus within a science and serve  to  differentiate  on  scientific  community  (or  subcommunity)  from another. It subsumes, defines and interrelates the exemplars theories and method and instruments that exist within it”.

Ritzer (1981)  menyatakan  argumentasinya  bahwa paradigma  adalah pandangan  yang mendasar dari para ilmuwan atau peneliti  mengenai apa  yang seharusnya  menjadi  kajian  dalam  ilmu  pengetahuan,  apa  yang  menjadi pertanyaannya  dan  bagaimana  cara  menjawabnya.

Paradigma  juga  dikatakan sebagai konsensus dari para ilmuwan yang dapat melahirkan suatu komunitas atau subkomunitas yang berbeda dengan  yang lain. Paradigma yang berbeda tersebut terjadi  karena  adanya  perbedaan  dalam  teori  yang  digunakan,  metode  dan instrument yang ada untuk mencapai suatu kebenaran.

PERGESERAN PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN

Padangan  tentang paradigma  ilmu  pengetahuan  nampak  akan  selalu berubah  antar waktu.  Suatu kelahiran  paradigma  yang baru  tidak akan  pernah terlepas  dari  paradigma  sebelumnya.  Atau  mungkin  paradigma  yang  muncul setelah  paradigma  sebelumnya  sebagai  paradigma  yang  selalu  berusaha  untuk memperbaiki  kekurangan-kekurang  yang  ada  pada  paradigma  sebelumnya.

Pergeseran  paradigma  akan  selalu  muncul  untuk  mendapatkan  realitas  yang sebenarnya sesuai dengan  masa atau waktu yang selalu berganti sesuai dengan jaman  dan  peradaban  yang  ada  di  muka  bumi  ini.  Contoh  paradigma apakah paradigma positivis lebih baik atau buruk dari paradigma yang lainnya, menurut penulis  tergantung  pada  para penganutnya  yang  bisa memahami  dan  mengerti paradigma tersebut.

Kuhn (1962) menyatakan bahwa pergeseran paradigma ilmu pengetahuan akan menimbulkan suatu kekerasan dan dapat memicu adanya suatu revolusi. Hal ini  disebabkan  penganut  paradigma  tersebut  berusaha  untuk  menggoyang paradigma  sebelumnya agar mereka  berada  dalam  paradigma  yang  baru.

Penganut paradigma yang baru pada masa itu berusaha untuk memusnahkan dan mengantikan paradigma sebelumnya dengan jalan mengungkap realitas yang ada dengan menjelaskan segala bentuk kelemahan pada paradigma sebelumnya.

Untuk  itu, Mulyana  (2003)  menyebut  2  faktor  yang  mendorong  terjadinya pergeseran paradigma yaitu:

“  …1)gugatan  para  ilmuwan  perihal  daya  eksploratori  pendekatan kuantitatif-positivistik  terhadap objek kajian dan  2) laju  perubahan  social yang  begitu  cepat  memerlukan  pendekatan  dan  model  studi  yang  lebih kontekstual dan handal”.

Pergeseran paradigma tersebut akan munculkan penganut-penganut yang mempercayai dan meyakini masing-masing paradigma yang ada. Oleh sebab itu, adanya pergeseran paradigma menciptakan suatu pengembangan dalam paradigma ilmu pengetahuan

PERKEMBANGAN PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN

Setelah  kita  paham  mengenai  definisi dari  ‘paradigma”,  maka  yang menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana seorang dapat menggembangkan suatu  paradigma  ilmu. Burrel  &  Morgan  (1979)  mengembangkan aspek paradigma  tersebut  dalam  asumsi  meta teoritikal  yang  mendasari  kerangka referensi,  model  teori  dan  modus  operandi  dari  ilmuwan  yang  berada  dalam paradigma  tersebut. Semua  definisi  dari  keempat  paradigma  tersebut  tidak mengindikasikan kesamaan pandangan seutuhnya karena dalam setiap paradigma pasti  terdapat  ilmuwan  yang  mempunyai  pandangan  yang  berbeda-beda. Kesamaan  yang  bisa  ditunjukkan  hanya  dalam  konteks  dasar  dan  asumsi,  ha lnilah yang membedakan antara satu paradigma dengan paradigma yang lainnya.

Sehingga  Burrell  &  Morgan  (1979)  membagi  paradigma  tersebut  sebagai

a) paradigma  fungsionalis  ( The functionalist  paradigm),  b) paradigma  interpretif (The  Intrepretive  Paradigm),  c)  paradigma  radikal  structuralis  (The  Radical Structuralist  Paradigm)  dan  d)  paradigma  radikal  humanis  (The  Radical Humanist Paradigm)

Sedangkan Chua (1986) membagi paradigma dalam ilmu social menjadi 3 paradigma yaitu a) The Functionalist (Mainstream) Paradigm, b) The Interpretive Paradigma  dan  c)  The  Critical  Paradigm.

Menurut  Chua,  pernyataan yang diungkapkan  oleh Burrell & Morgan untuk paradigma radikal humanis dengan paradigma radikal strukturalis dapat  digabungkan menjadi satu  paradigma yaitu paradigma kritis (The Critical Paradigm).

Sarantakos (1993) dalam Triyuwono (2006) membagi paradigma yang hampir sama dengan Chua (1986) yaitu 1) The Functionalist (Positivist) Paradigm, 2) The Interpretive Paradigm, 3) The Critica

l

Paradigm Eichelberger  (1989) dalam  Miarso  (2005) selanjutnya membedakan tiga paradigma  filsafat  yang  melandasi  metodologi  pengetahuan,  yaitu: positivistik, fenomenologik,  dan  hermeneutik.

Sedangkan  Bhaskar  (1989)  mengelompokkan paradigma  dalam  3  kelompok  yang  didasarkan  pada  pengaruh  individu  dan masyarakat.    Pengelompokkan  tersebut  meliputi  paradigma positivisme (Emile Durkheim), paradigma conventionalisme (Max Weber), paradigma realisme (Karl Marx).

Sedangkan Guba (1990) seperti yang dikutip oleh Salim (2006) membagi paradigma  menjadi  empat  kelompok  yaitu positivism,  post-positivism,  critical theory dan konstruktivisme.

Referensi :

1.     Kuhn, Thomas. wikipedia.org

2.     Diamastuti, Erlina. 2015. Paradigma Ilmu Pengetahuan, Sebuah Telaah Kritis, Erlina, publikasi researchgate

3.     Miarso, Y. 2005. Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan Penabur-No.05/ Th.IV/ Desember

4.     Salim, A. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial.Tiara Wacana. Yogyakarta.

5.     Sugiharto, I. Bambang. 2003. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta, Kanisius.

BBaca Juga :Kaligrafi Kuningan Unik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar